Sabtu, 25 Oktober 2008

TEORI KEPRIBADIAN CARL GUSTAV JUNG (1)


BACKGROUND

  • Born 1875 di Kesswyl, kota kawasan Lake Constance, Swiss; Died 1961.
  • Ayahnya seorang pendeta pada gereja Reformasi Swiss (beberapa literatur menambahkan bahwa ayahnya adalah seorang menteri).
  • Berminat dalam studi kedokteran (dipengaruhi oleh mimpinya, semula kuliah untuk menjadi seorang ahli bahasa kuno dan arkeolog).
  • Menjadi Psikiater RSJ di Zurich..kemudian meninggalkan prakteknya dan melepaskan jabatan lektor di perguruan tinggi dan mencurahkan waktunya pada penelitian.
  • Menjadi teman dekat dan penentang keras Freud
  • In 1913 menunjukkan ketidaksetujuan konsep pan-sexuality Freud.

ASUMSI DASAR

  • Teori Jung seringkali dipandang sebagai teori Psikoanalitik karena menekankan pada proses-proses tak sadar. Namun perbedaan dengan Freud terletak pada penggabungan antara teleologi (tujuan dan aspirasi) dan kausalitas sejarah individu dan rasialitas).
  1. Tingkah laku manusia tidak hanya ditentukan oleh sejarah individu dan rasialitas (kausalitas) tapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi (teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa akan datang sebagai potensialitas akan membimbing tingkah laku orang saat ini. à PANDANGAN PROSPEKTIF : melihat ke depan ke arah garis perkembangan dan RETROSPEKTIF : memperhatikan masa lampau.
  2. Perkembangan manusia ada yang konstan dan seringkali kreatif, pencarian ke arah paripurna dan kerinduan untuk lahir kembali.
  3. Penekanan yang kuat pada ras dan filogenetik : kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. Manusia modern dibentuk dan dicetak oleh pengalaman-pengalaman kumulatif generasi masa lampau. à dasar kepribadian bersifat archaic, primitif, bawaan, tak sadar dan mungkin universal à KEPRIBADIAN KOLEKTIF.

STRUKTUR PSYCHE

Psyche tediri dari sejumlah sistem yang berbeda namun saling berinteraksi :

  • Ego
  • Personal unconsciou atau ketidaksadaran Pribadi
  • kompleks-kompleks.
  • Collective unconscious atau ketidaksadaran kolektif (terdiri atas arkhetipe).
  • Persona
  • Anima dan Animus
  • Shadow atau bayang-bayang
  • Self atau diri

EGO

  • Adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan-ingatan dan perasaan-perasaan sadar.
  • Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang.

KETIDAKSADARAN PRIBADI

  • Daerah yang yang berdekaan dengan ego.
  • Mirip dengan konsep prasadar dari Freud, sehingga dapat menjadi sadar dan berlangsung banyak hubungan 2 arah antara ketidak sadaran pribadi dan ego.
  • Terdiri atas pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan dan pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi.
  • Terdiri atas kompleks-kompleks.

KOMPLEKS

  • Kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi.
  • Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet yang dapat menarik atau mengkonstelasikan berbagai pengalaman ke arahnya.
  • Suatu kompleks bisa bertindak sebagai kepribadian otonom yang memiliki kehidupan jiwa dan sumber penggeraknya sendiri.
  • Kompleks bisa memegang kontrol atas kepribadian dan menggunakan psyche untuk tujuan-tujuannya sendiri.

CONTOH KOMPLEKS IBU

  • Intinya sebagian verasal dari pengalaman-pengalaman ras dengan ibu-ibu dan sebagian lain berasal dari pengalamn anak dengan ibunya.
  • Ide-ide, perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan ibu ditarik ke inti dan membentuk suatu kompleks.
  • Makin kuat tenaga yang keluar dari inti makin banyak pengalaman yang ditarik ke arahnya.
  • So..seseorang yang didominasi oleh ibunya dikatakan mempunyai kompleks ibu yang kuat.
  • Pikiran, perasaan dan perbuatannya dituntun oleh konsepsi tentang ibu, apa yang dikatakan dan dirasakan ibu sangat bermakna bagi orang tsb.

KETIDAKSADARAN KOLEKTIF

  • Merupakan salah satu dari segi-segi teori kepribadian Jung yang paling original dan kontroversial.
  • Merupakan sistem yang paling kuat dan berpengaruh dan pada kasus-kasus patologis, ia mengungguli ego serta ketidaksadaran pribadi.
  • Adalah gudang bekas-bekas ingatan laten
  1. Yang diwarikan dari masa lampu leluhur seseorang
  2. Universal pada manusia
  3. Leluhur pra manusia atau nenek moyang binatangnya.


  • Jung menghubunkan ketidaksadaran kolektif yang bersifat universal dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini karena evolusi umum.
  • Ingatan-ingatan atau representasi-representasi ras tidak diwariskan begitu saja, tapi kita mewarisi kemungkinan menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman generasi-generasi masa lampau.
  • Kecenderungan-kecenderungan ini membantu kita bereaksi terhadap dunia. Co : sikap terhadap ibu, takut gelap dan binatang buas.
  • Manusia dilahirkan dengan membawa banyak kecenderungan untuk berpikir, merasakan, dan mempersepsikan melalui pengalaman-pengalaman yang sudah menjadi milik individu.
  • Bila kebijaksanaan dari ketidaksadaran itu diabaikan oleh ego, maka ketidaksadaran ini akan mengganggu proses-proses rasional sadar dengan menguasainya dan membelokkannya ke dalam bentuk-bentuk yang meyimpang, spt : fobia, delusi, irasionalisasi.
    (Disarikan dari Supratiknya, 1993)

Selasa, 21 Oktober 2008

Selasa, 14 Oktober 2008

STUDI WANITA

TATA KRAMA BUDAYA JAWA DAN HARGA DIRI SEBAGAI PREDIKTOR POLA KOMUNIKASIANTAR PASANGAN DALAM PERNIKAHAN


Nurlaela Widyarini
M. Muhib Alwi

Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Jember

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran tata krama budaya jawa dan harga diri terhadap pola komunikasi antar pasangan dalam pernikahan.
Subyek penelitian ini adalah anggota Pimpinan Ranting Aisyah (PRA) Karimata Jember. Terdapat 22 orang (11 pasang suami-istri) yang menjadi subyek dalam penelitian ini dan telah mengisi skala tata krama budaya jawa, skala harga diri dan skala pola komunikasi antar pasangan dalam pernikahan. Penelitian ini adalah penelitian populasi karena keseluruhan subyek akan dilibatkan dalam penelitian.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dan korelasi parsial dengan bantuan program SPSS versi 10.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tata krama budaya jawa dan harga diri bukanlah prediktor yang baik dalam menjelaskan pola komunikasi yang digunakan pada pasangan, baik dari istri (F=0.314, p>0.05) dan suami (F=0.463, p>0.05). Hasil korelasi partial antara Harga Diri Istri dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh istri pada suami dan mengontrol variabel Tata Krama Istri menunjukkan bahwa korelasinya tidak signifikan (r=-0.2143, p>0.05). Sedangkan Korelasi antara Tata Krama Budaya Jawa Istri dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh istri pada suami dengan mengontrol variabel Harga Diri Istri menunjukkan bahwa korelasinya tidak signifikasi pula (r=0.2044, p>0,05). Hasil korelasi antara Harga Diri Suami dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh suami pada istri dan mengontrol variabel Harga Diri Suami menunjukkan bahwa korelasinya tidak signifikan (r=-0.365, p>0.05). Sedangkan Korelasi antara Tata Krama Budaya Jawa Suami dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh Suami pada Istri dengan mengontrol variabel Harga Diri Suami menunjukkan bahwa korelasinya pun tidak signifikasi pula (r= -0.2175, p>0,05). Hipotesis penelitian ini ditolak.


Kata Kunci : Tata Krama Budaya Jawa, Harga Diri, Pola Komunikasi Antar Pasangan


JAVANESE ETHICS AND SELF ESTEEM AS PREDICTORS ON COUPLE’S COMMUNICATION STYLE


Nurlaela Widyarini
M. Muhib Alwi

Faculty of Psychology
Muhammadiyah University of Jember

SUMMARY

This research aimed to examine the role of javanese ethics and self esteem on couple’s communication style.
This research was population research and there were 22 subjects (11 married couples) completed three scales: javanese ethics, self esteem and couple’s communication style.
Regression analysis was used to analyze the data. The result shows: the regression model results not significantly prediction of wife communication style (F=0.314, p>0.05) and for husband (F=0.463, p>0.05). The result of partial correlation shows that there is no correlation significantly between wife’s self esteem with wife’s communication style controlling for wife’s javanese ethics (r=-0.2143, p>0.05) and there is no correlation significantly too between wife’s javanese ethics with wife’s communication style controlling for wife’s self esteem ((r=0.2044, p>0,05). At the same time, there is no correlation significantly between husband’s self esteem with husband’s communication style controlling for husband’s javanese ethics (r=-0.365, p>0.05) and there is no correlation significantly too between husband’s javanese ethics with husband’s communication style controlling for husband’s self esteem (r= -0.2175, p>0,05). This Research hypothesis was not accepted.



Keywords : javanese ethics, self esteem, couple’s communication style.

Rabu, 08 Oktober 2008

LOVE COMES IN ALL SIZES

Your Friends will support you....

And respect your creativity

for thinking outside the box....

They'll be there when you need a

shoulder to lean on....

Or a great big hug....

A true friend takes interest in

understanding what you're all about....

They see beyond the black and white

to discover your true colors....

And accept you just the way you are...

Even when you just wake up in the morning

So make your own kind of music....

Follow your heart wherever it takes you....

And when someone reaches out to you,

Don't be afraid to love them back....

They may just be a friend for life....

Practice patience and tolerance.....

Good friends are hard to find, harder to leave....

And impossible to forget!

Share this with all your unforgettable friends today....

EVALUASI TUGAS ANALISIS FILM THE LAST SAMURAI


  1. Untuk kelompok Kurnia Ardiansyah, dkk....idenifikasi perilaku yang menunjukkan motifnya udah cukup, perlu diperinci lagi berbagai kemungkinan motif di balik perilaku tersebut...jadi analisisnya semakin kaya..ok?
  2. Untuk kelompok Reza, dkk...masukan saya sama dengan tugas dari kelompok Kurnia. Soalnya analisis kelompok anda miriiiiiip banget dengan kelompok Reza...hayo...ketahuan deh, lebih kreatif dan PEDE dengan kemampuan kelompokmu...
  3. Untuk kelompok Diah Puspitasari, dkk...kelompok anda sudah menunjukkan beberapa bukti yang memperkuat analisis anda...agar lebih mendalam, coba anda kaji lagi motif yang mungkin muncul di balik perilaku tokoh-tokoh tersebut.
  4. Untuk kelompok Yugo, dkk...analisis sudah cukup baik, ada beberapa catatan dari saya untuk penyempurnaan...hanya saja, bagian paling akhir analisis anda miriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip sekali dengan kelompok Kurnia.....yaa...sayang deh...
  5. Untuk kelompok Rizki Dwi B, dkk...dari kelompok sebelunmya, kelompok anda mampu mengidentifikasi perilakunya tokoh-tokoh tersebut dengan lebih rinci. Ini kelebihan kelompok anda. Selamat ya....tinggal anda hubungkan dengan motif yang paling sesuai dengan perilaku tersebut. Ok...

Rene Descartes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Descartes)

René Descartes
René Descartes

René Descartes (La Haye, Perancis, 31 Maret 1596Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650), juga dikenal sebagai Cartesius, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).

Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.

Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.

Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:

"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Ada 3 point penting dari prinsip ini . Pertama, ia ingin menekankan pada kepastian akan keberadaan diri dari sudut pandang diri. Kedua, ia tidak mengatakan bahwa eksistensi adalah sesuatu yang penting, tapi...bila diri sedang berpikir, maka diri itu tentu eksis. Ketiga, proposisi"I am, I exist" adalah proposisi yang menunjukkan kepastian dan kepercayaan diri.