Senin, 30 Agustus 2010

Loneliness......


Rook (dalam Rokach, 2002) menyebutkan bahwa pada masa remaja, terjadi perubahan fisiologis maupun emosi. Seiring dengan perubahan ini, tuntutan dari keluarga, teman sebaya maupun masyarakat seringkali,menimbulkan konflik dalam diri remaja. Bila remaja mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan tersebut, maka ia akan mudah menjalani hidupnya. Namun bila konflik tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka akan memunculkan perilaku yang maladaptif , salah satunya adalah penggunaan narkoba.

Pada umumnya remaja menggunakan narkoba untuk mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan dari lingkungan dan alienasi sosial White (dalam Rokach, 2002) menjelaskan, bahwa pada umumnya pengguna narkoba memiliki ketidaknyamanan dalam menjalin hubungan sosial, kurang mampu menghargai diri sendiri sehingga narkoba diharapkan secara pharmakologis dapat menurunkan distress yang tidak dapat dihadapi oleh individu.

Peplau & Perlman (dalam Buchholz & Catton, 1999) dan Rook (dalam Rokach, 2002) menyatakan bahwa loneliness merupakan hasil dari interaksi antara faktor individu dan situasi. Faktor individu yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor kepribadian yaitu karakteristik atau pengalaman yang kurang menyenangkan yang muncul dari rendahnya harga diri, ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain atau dipercaya oleh orang lain, mengalami kecemasan sosial dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan merasa menjadi orang yang tidak berguna. Di sisi lain, kondisi keluarga juga merupakan karakterisktik lain dari remaja yang mengalami loneliness. Dalam hal ini ditandai dengan adanya hubungan emosional yang renggang dan keluarga yang memberikan reaksi negatif dalam menghadapi anak yang mengkonsumsi narkoba. Shedler dan Block (dalam Rokach, 2002), menyebutkan bahwa kondisi keluarga yang seperti ini akan mendorong munculnya perasaan terasing dan tidak diterima oleh keluarga. Bila dihubungkan dengan interaksi dalam peersgroup (teman sebaya), karakteristik loneliness yang lain adalah adanya hubungan dengan teman sebaya yang kurang menyenangkan. Selain itu, Lyman & Potter (dalam Rokach, 2002) menyebutkan bahwa terdapat kecemasan ditolak oleh masyarakat dan masyarakat akan memberikan penilaian sebagai seorang kriminal pada pengguna narkoba.

a. Pengguna Narkoba

Yang dimaksud dengan pengguna narkobaa adalah mereka yang menggunakan narkoba tanpa dibedakan apakah mengalami ketergantungan obat (drug dependence) atau termasuk dalam penyalahgunaan obat (drug abused).

Kriteria Ketergantungan Obat menurut DSM-IV (2000), antara lain

1. Tolerance, didefinsikan :

a. Konsumsi obat-obatan dalam jumlah yang terus meningkat untuk mendapatkan efek yang diharapkan.

b. Ditandai oleh menurunnya efek penggunaan obat dalam jumlah yang sama

2. Withdrawal, dapat dilihat setidaknya satu dari hal-hal berikut :

a. Karakteristik sindrom withdrawal dalam penggunaan obat,

b. Penggunaan obat-obatan dengan jenis sama (atau relatif sama) untuk menghindari withdrawal syndrom.

3. Penggunaan obat-obatan dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang lama

4. Ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari penggunaan obat-obatan.

5. Adanya penggunaan waktu untuk mendapatkan, menggunakan atau mengurangi efek dari obat-obatan tersebut.

6. Aktifitas sosial, occupational dan recreational yang berkurang,

7. Penggunaan obat-obatan ini terus berlanjut meskipun telah diketahui efek dari penggunaan obat-obatan tersebut.

Kriteria Penyalahgunaan Obat:

A. Pola penggunaan obat-obatan yang maladaptif (setidaknya berlangsung 1 bulan atau lebih) untuk mengatasi kondisi distress dan dapat dilihat dalam 1 atau lebih katagori berikut ini:

1. Penggunaan obat-obatan yang berulang karena kegagalan melaksanakan peran di sekolah, lingkugan kerja atau di rumah.

2. Penggunaan obat-obatan yang berulang dalam situasi yang membahayakan secara fisik.

3. Penggunaan obat-obatan yang berulang dan hal ini berhubungan dengan pelanggaran hukum.

4. Penggunaan obat-obatan yang disebabkan permasalahan sosial.

B. Tidak Terdapat Kriteria Ketergantungan Obat.

Loneliness adalah suatu kondisi yang menunjuk pada perasaan dan penilaian negatif mengenai diri, keluarga, ketidakmampuan dalam menjalin hubungan sosial serta penolakan dari lingkungan sosial. Aspek Loneliness antara lain : • Ketidakmampuan personal menunjuk pada ketidakmampuan untuk saling mempercayai, ketidakmampuan dalam menjalin dan menikmati hubungan sosial dan merasa menjadi orang yang tidak berguna. • Ketidaknyamana dalam keluarga menunjuk pada perasaan ditolak oleh keluarga, suasana dalam rumah yang tidak menyenangkan (ditandai oleh perasaan marah dan sedih), intensitas komunikasi yang rendah serta kurangnya penghargaan dari keluarga. • Perpisahan dengan orang terdekat (selama rehabilitasi atau pemeriksaan) menunjuk pada perasaan diisolasi oleh keluarga atau teman dan merasa tidak mendapatkan dukungan dari keluarga. • Penolakan dari lingkungan sosial, menunjuk pada perasaan ditolak dari lingkungan sosial (masyarakat) dan merasa masyarakat menganggap sebagai' orang yang berbahaya bagi masyarakat.

Senin, 10 November 2008

Lanjutan Teori Jung

KETIDAKSADARAN KOLEKTIF DAN ARKHETIP

archetypes adalah komponen struktural dari ketidaksadaran kolektif.

Suatu bentuk pikiran universal yang menfadung unsur emosi yang besar.

Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran atau visi-visi yang dalam kehidupan sadar normal berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi.

Asal-usul arkhetip : melalui deposit permanen dalam jiwa yang terulang selama banyak generasi.

Co : keyakinan akan adanya dewaà arkhetip matahari

Peristiwa banjir, gempa, air terjunà arkhetip energià dorongan untuk menemukan enerrgi baru.

ARKHETIP

Beberapa arkhetip dippandang terpisah dari psyche atau kepribadian, yaitu :

Persona

Anima & animus

Shadow

PERSONA

Arkhetip yang didasarkan pada peran sosial

berfungsi dalam merespon tuntutan dan kebiasaan serta tradisi masyarakat

Tujuannya memberikan kesan tertentu pada orang lain dan seringkali menyembunyikan hakikat pribadi.

Bila ego mengidentifikasi diri dengan prsona, maka individu menjadi lebih sadar akan bagian yang dimainkan daripada terhadap perasaan-perasaan yang sebenarnya

Mirip dengan konsep superego

ANIMA ANIMUS

Manusia secara fisiologis dan psikologis adalah bikseksual

Anima adalah arkhetip feminin dari laki-laki

Animus adalah arkhetip maskulin dari perempuan

Memungkinkan manusia dalam memotivasi untuk tertarik dan memahami lawan jenis.

Laki-laki memahami kodrat perempuan dari sisi animanya (begitu juga sebaliknya

Perbedaan atau pertentangan akan terjadi apabila gambaran arkhetip diproyeksikan tanpa memperdulikan karakter yang sebenarnya dari sang partnerà menimbulkan kekecewaan.

SHADOW

Terdiri dari instink binatang

Mengakibatkan munculnya pikiran, perasaan, dan tindakan yang tidak menyenangkan dan patut dicela ole masyarakat dalam kesadaran dan tingkah laku.

Bisa disembunyikan dari pandangan publik oleh persona atau direpresikan dalam ketidaksadaran pribadi.

Shadow dengan insting binatang yang vital dan berkobar-kobar akan memberikan kualitas penuh pada psyche

THE SELF

Diri adalah titik pusat kepribadian yang mengkonstelasikan semua sistem.

Menyatukan sistem ini dan memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada pribadi.

Diri adalah tujuan hidup, tujuan yang terus menerus diperjuangkan tetapi jarang tercapai.

Pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman yang paling dekat dengan Diri.

Sebelum diri muncul, maka berbagai komponen harus berkembang terlebih dahulu sepenuhnya dan terindividuaskan.

Sehingga…arkhetip diri tidak akan muncul sebelum orang mencapai usia setengah baya.

Orientasi Kepribadian Jung (Supratiknya,1993)/Struktur Kesadaran (Suryabrata, 2006)

Kesadaran memiliki 2 komponen pokok yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa.

Masing-masing berinteraksi dan menentukan orientasi manusia dalam dunianya

Ego sangat dipengaruhi dan didominasi oleh fungsi dan sikap jiwa dalam tingkatan sadar.

Fungsi dan sikap jiwa inferior mempengaruhi ego dalam tingkat ketidaksadaran.

SIKAP (Suryabrata, 2006)

Sikap Jiwa (Attitudes) adalah arah energi psikis yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya (co: hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan)

Bentuk orientasinya :

Introvesi (Introversion)

Extroversi (Extraversion)

Introversi (Suryabrata)

Energi psikis yang berorientasi kedalam)

Dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia dari dalam dirinya.

Pikiran, perasaan dan tindakan dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif.

Penyesuaian batinnya sangat baik, artinya kesadaran pada dirinya sendiri sangat baik.

Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, sikar bergaul dan berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain.

Ekstrim : jarak dengan dunia objektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia objektifnya.

Extraversi

Energi psikis yang berorientasi ke luar

Dipengaruhi oleh dunia objektif (dunia di luar dirinya)

Pikiran, perasaan dan tindakannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan non sosial.

Mudah bergaul, optimis, antusias, hubugan dengan orang lain lancar, pragmatis.

Ekstrim : bila ikatan dengan dunia luar terlalu kuat, maka ia akan kehilangan “dirinya” atau asing dengan dunia subjektifnya sendiri.

FUNGSI JIWA (Suryabrata & Supratiknya)

Fungsi jiwa pada dasarnya adalah suatu proses kognitif.

Ada 4 bentuk fungsi jiwa :

Pikiran (Thinking )- memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri

Perasaan (Feeling ) – memberikan evaluasi (+/-, memberikan pengalaman subjektif: senang/sedih, takut/berani, dll)

Intusisi (Intuiting) – proses-proses bawah sadar, mencari hakikat sesuatu, melampaui realitas

Pendriaan (Sensing) – fungsi perseptual, menghasilkan fakta-fakta konkrit tentang dunia

Thinking and feeling bersifat RASIONAL

Sensing and intuiting bersifat IRASIONAL

Sabtu, 25 Oktober 2008

TEORI KEPRIBADIAN CARL GUSTAV JUNG (1)


BACKGROUND

  • Born 1875 di Kesswyl, kota kawasan Lake Constance, Swiss; Died 1961.
  • Ayahnya seorang pendeta pada gereja Reformasi Swiss (beberapa literatur menambahkan bahwa ayahnya adalah seorang menteri).
  • Berminat dalam studi kedokteran (dipengaruhi oleh mimpinya, semula kuliah untuk menjadi seorang ahli bahasa kuno dan arkeolog).
  • Menjadi Psikiater RSJ di Zurich..kemudian meninggalkan prakteknya dan melepaskan jabatan lektor di perguruan tinggi dan mencurahkan waktunya pada penelitian.
  • Menjadi teman dekat dan penentang keras Freud
  • In 1913 menunjukkan ketidaksetujuan konsep pan-sexuality Freud.

ASUMSI DASAR

  • Teori Jung seringkali dipandang sebagai teori Psikoanalitik karena menekankan pada proses-proses tak sadar. Namun perbedaan dengan Freud terletak pada penggabungan antara teleologi (tujuan dan aspirasi) dan kausalitas sejarah individu dan rasialitas).
  1. Tingkah laku manusia tidak hanya ditentukan oleh sejarah individu dan rasialitas (kausalitas) tapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi (teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa akan datang sebagai potensialitas akan membimbing tingkah laku orang saat ini. à PANDANGAN PROSPEKTIF : melihat ke depan ke arah garis perkembangan dan RETROSPEKTIF : memperhatikan masa lampau.
  2. Perkembangan manusia ada yang konstan dan seringkali kreatif, pencarian ke arah paripurna dan kerinduan untuk lahir kembali.
  3. Penekanan yang kuat pada ras dan filogenetik : kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. Manusia modern dibentuk dan dicetak oleh pengalaman-pengalaman kumulatif generasi masa lampau. à dasar kepribadian bersifat archaic, primitif, bawaan, tak sadar dan mungkin universal à KEPRIBADIAN KOLEKTIF.

STRUKTUR PSYCHE

Psyche tediri dari sejumlah sistem yang berbeda namun saling berinteraksi :

  • Ego
  • Personal unconsciou atau ketidaksadaran Pribadi
  • kompleks-kompleks.
  • Collective unconscious atau ketidaksadaran kolektif (terdiri atas arkhetipe).
  • Persona
  • Anima dan Animus
  • Shadow atau bayang-bayang
  • Self atau diri

EGO

  • Adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan-ingatan dan perasaan-perasaan sadar.
  • Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang.

KETIDAKSADARAN PRIBADI

  • Daerah yang yang berdekaan dengan ego.
  • Mirip dengan konsep prasadar dari Freud, sehingga dapat menjadi sadar dan berlangsung banyak hubungan 2 arah antara ketidak sadaran pribadi dan ego.
  • Terdiri atas pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan dan pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi.
  • Terdiri atas kompleks-kompleks.

KOMPLEKS

  • Kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi.
  • Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet yang dapat menarik atau mengkonstelasikan berbagai pengalaman ke arahnya.
  • Suatu kompleks bisa bertindak sebagai kepribadian otonom yang memiliki kehidupan jiwa dan sumber penggeraknya sendiri.
  • Kompleks bisa memegang kontrol atas kepribadian dan menggunakan psyche untuk tujuan-tujuannya sendiri.

CONTOH KOMPLEKS IBU

  • Intinya sebagian verasal dari pengalaman-pengalaman ras dengan ibu-ibu dan sebagian lain berasal dari pengalamn anak dengan ibunya.
  • Ide-ide, perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan ibu ditarik ke inti dan membentuk suatu kompleks.
  • Makin kuat tenaga yang keluar dari inti makin banyak pengalaman yang ditarik ke arahnya.
  • So..seseorang yang didominasi oleh ibunya dikatakan mempunyai kompleks ibu yang kuat.
  • Pikiran, perasaan dan perbuatannya dituntun oleh konsepsi tentang ibu, apa yang dikatakan dan dirasakan ibu sangat bermakna bagi orang tsb.

KETIDAKSADARAN KOLEKTIF

  • Merupakan salah satu dari segi-segi teori kepribadian Jung yang paling original dan kontroversial.
  • Merupakan sistem yang paling kuat dan berpengaruh dan pada kasus-kasus patologis, ia mengungguli ego serta ketidaksadaran pribadi.
  • Adalah gudang bekas-bekas ingatan laten
  1. Yang diwarikan dari masa lampu leluhur seseorang
  2. Universal pada manusia
  3. Leluhur pra manusia atau nenek moyang binatangnya.


  • Jung menghubunkan ketidaksadaran kolektif yang bersifat universal dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini karena evolusi umum.
  • Ingatan-ingatan atau representasi-representasi ras tidak diwariskan begitu saja, tapi kita mewarisi kemungkinan menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman generasi-generasi masa lampau.
  • Kecenderungan-kecenderungan ini membantu kita bereaksi terhadap dunia. Co : sikap terhadap ibu, takut gelap dan binatang buas.
  • Manusia dilahirkan dengan membawa banyak kecenderungan untuk berpikir, merasakan, dan mempersepsikan melalui pengalaman-pengalaman yang sudah menjadi milik individu.
  • Bila kebijaksanaan dari ketidaksadaran itu diabaikan oleh ego, maka ketidaksadaran ini akan mengganggu proses-proses rasional sadar dengan menguasainya dan membelokkannya ke dalam bentuk-bentuk yang meyimpang, spt : fobia, delusi, irasionalisasi.
    (Disarikan dari Supratiknya, 1993)

Selasa, 21 Oktober 2008

Selasa, 14 Oktober 2008

STUDI WANITA

TATA KRAMA BUDAYA JAWA DAN HARGA DIRI SEBAGAI PREDIKTOR POLA KOMUNIKASIANTAR PASANGAN DALAM PERNIKAHAN


Nurlaela Widyarini
M. Muhib Alwi

Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Jember

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran tata krama budaya jawa dan harga diri terhadap pola komunikasi antar pasangan dalam pernikahan.
Subyek penelitian ini adalah anggota Pimpinan Ranting Aisyah (PRA) Karimata Jember. Terdapat 22 orang (11 pasang suami-istri) yang menjadi subyek dalam penelitian ini dan telah mengisi skala tata krama budaya jawa, skala harga diri dan skala pola komunikasi antar pasangan dalam pernikahan. Penelitian ini adalah penelitian populasi karena keseluruhan subyek akan dilibatkan dalam penelitian.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dan korelasi parsial dengan bantuan program SPSS versi 10.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tata krama budaya jawa dan harga diri bukanlah prediktor yang baik dalam menjelaskan pola komunikasi yang digunakan pada pasangan, baik dari istri (F=0.314, p>0.05) dan suami (F=0.463, p>0.05). Hasil korelasi partial antara Harga Diri Istri dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh istri pada suami dan mengontrol variabel Tata Krama Istri menunjukkan bahwa korelasinya tidak signifikan (r=-0.2143, p>0.05). Sedangkan Korelasi antara Tata Krama Budaya Jawa Istri dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh istri pada suami dengan mengontrol variabel Harga Diri Istri menunjukkan bahwa korelasinya tidak signifikasi pula (r=0.2044, p>0,05). Hasil korelasi antara Harga Diri Suami dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh suami pada istri dan mengontrol variabel Harga Diri Suami menunjukkan bahwa korelasinya tidak signifikan (r=-0.365, p>0.05). Sedangkan Korelasi antara Tata Krama Budaya Jawa Suami dengan Pola Komunikasi yang digunakan oleh Suami pada Istri dengan mengontrol variabel Harga Diri Suami menunjukkan bahwa korelasinya pun tidak signifikasi pula (r= -0.2175, p>0,05). Hipotesis penelitian ini ditolak.


Kata Kunci : Tata Krama Budaya Jawa, Harga Diri, Pola Komunikasi Antar Pasangan


JAVANESE ETHICS AND SELF ESTEEM AS PREDICTORS ON COUPLE’S COMMUNICATION STYLE


Nurlaela Widyarini
M. Muhib Alwi

Faculty of Psychology
Muhammadiyah University of Jember

SUMMARY

This research aimed to examine the role of javanese ethics and self esteem on couple’s communication style.
This research was population research and there were 22 subjects (11 married couples) completed three scales: javanese ethics, self esteem and couple’s communication style.
Regression analysis was used to analyze the data. The result shows: the regression model results not significantly prediction of wife communication style (F=0.314, p>0.05) and for husband (F=0.463, p>0.05). The result of partial correlation shows that there is no correlation significantly between wife’s self esteem with wife’s communication style controlling for wife’s javanese ethics (r=-0.2143, p>0.05) and there is no correlation significantly too between wife’s javanese ethics with wife’s communication style controlling for wife’s self esteem ((r=0.2044, p>0,05). At the same time, there is no correlation significantly between husband’s self esteem with husband’s communication style controlling for husband’s javanese ethics (r=-0.365, p>0.05) and there is no correlation significantly too between husband’s javanese ethics with husband’s communication style controlling for husband’s self esteem (r= -0.2175, p>0,05). This Research hypothesis was not accepted.



Keywords : javanese ethics, self esteem, couple’s communication style.

Rabu, 08 Oktober 2008

LOVE COMES IN ALL SIZES

Your Friends will support you....

And respect your creativity

for thinking outside the box....

They'll be there when you need a

shoulder to lean on....

Or a great big hug....

A true friend takes interest in

understanding what you're all about....

They see beyond the black and white

to discover your true colors....

And accept you just the way you are...

Even when you just wake up in the morning

So make your own kind of music....

Follow your heart wherever it takes you....

And when someone reaches out to you,

Don't be afraid to love them back....

They may just be a friend for life....

Practice patience and tolerance.....

Good friends are hard to find, harder to leave....

And impossible to forget!

Share this with all your unforgettable friends today....

EVALUASI TUGAS ANALISIS FILM THE LAST SAMURAI


  1. Untuk kelompok Kurnia Ardiansyah, dkk....idenifikasi perilaku yang menunjukkan motifnya udah cukup, perlu diperinci lagi berbagai kemungkinan motif di balik perilaku tersebut...jadi analisisnya semakin kaya..ok?
  2. Untuk kelompok Reza, dkk...masukan saya sama dengan tugas dari kelompok Kurnia. Soalnya analisis kelompok anda miriiiiiip banget dengan kelompok Reza...hayo...ketahuan deh, lebih kreatif dan PEDE dengan kemampuan kelompokmu...
  3. Untuk kelompok Diah Puspitasari, dkk...kelompok anda sudah menunjukkan beberapa bukti yang memperkuat analisis anda...agar lebih mendalam, coba anda kaji lagi motif yang mungkin muncul di balik perilaku tokoh-tokoh tersebut.
  4. Untuk kelompok Yugo, dkk...analisis sudah cukup baik, ada beberapa catatan dari saya untuk penyempurnaan...hanya saja, bagian paling akhir analisis anda miriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip sekali dengan kelompok Kurnia.....yaa...sayang deh...
  5. Untuk kelompok Rizki Dwi B, dkk...dari kelompok sebelunmya, kelompok anda mampu mengidentifikasi perilakunya tokoh-tokoh tersebut dengan lebih rinci. Ini kelebihan kelompok anda. Selamat ya....tinggal anda hubungkan dengan motif yang paling sesuai dengan perilaku tersebut. Ok...